Rabu, 28 Agustus 2013

MENCARI DAN MENEMUKAN HUBUNGAN IDEAL ALUMNI MUDA SMA PANGUDI LUHUR


Oleh: Chandra Kurniawan “Komeng” 
Alumnus (bukan dalam artian alumni tidak lulus) SMA PL 2002

Menyambung surat saya kepada Pimpinan Yayasan dan Kepala Sekolah SMA PL, izinkan saya menyampaikan satu bentuk lain keprihatinan saya terhadap hubungan alumni muda SMA PL. Sebagai catatan, mungkin situasi hubungan antar alumni ini tidak dirasakan oleh alumni tua akan tetapi baiknya ini menjadi sebuah renungan dan intropeksi untuk membangun hubungan alumni yang lebih baik. Saya tidak bermaksud membagi antara alumni muda dan tua. Sekali lagi itu hanya term yang tentunya saya tidak berharap diartikan secara sempit.
 
Ya. Salah satu konsekuensi dari pengklasifikasian budaya binatang, manusia, raja dan dewa adalah imbas terhadap hubungan antara alumni. Saya berbicara tentang alumni muda. Alumni angkatan muda secara general lebih termotivasi untuk kompak dengan satu angkatan karena hal itu yang tertanam sejak berada di sekolah. Hubungan kedekatan antara sesama angkatan tumbuh ketika merasakan penyiksaan dan penderitaan bersama oleh konsep senioritas yang salah. Entah darimana juga timbul cap angkatan genap dan angkatan ganjil. Timbul pula generalisasi image bahwa ketika suatu angkatan banyak yang mengadu ke orangtua atau sekolah akibat tindakan bullying yang dilakukan seniornya di sekolah maka angkatan tersebut dianggap angkatan cemen atau angkatan coret. Banyak alumni muda ramai-ramai setia terhadap doktrin ini sehingga terus berkembang. Terkadang hal tersebut meluncur dari mulut para senior baik angkatan genap maupun angkatan ganjil dan di dengar oleh junior sehingga tidak jarang menimbulkan sentimen antar angkatan. Memang benar, dimanapun kita hidup kita tidak bisa menghindar dari alam persaingan bahkan hukum alam pun mengatakan bahwa hanya mereka yang kuatlah yang akan bertahan. Ironisnya, persaingan yang terjadi antar angkatan atau alumni muda di SMA PL itu tidak terbentuk ke arah yang positive misalnya persaingan secara akademis, karir, olahraga ataupun hal positive lainnya. 

Bagi mereka yang dapat bersosialisasi dengan baik tentunya keekslusifan angkatan atau cap genap dan ganjil itu hilang dengan sendirinya ketika telah berstatus alumni tetapi tidak bagi pribadi yang tidak mudah bersosialisasi, sentimen negative itu akan terbawa terus. Bahkan ironis, tidak jarang sesama alumni yang sebenarnya saling kenal tetapi tidak bertegur sapa ketika bertemu karena sentimen negative tersebut atau dendam masa lalu. Tidak jarang juga muncul ego dan perasaan gengsi untuk menyapa lebih dahulu karena merasa lebih tua angkatannya atau tidak respek karena mengingat perlakuan waktu jaman sekolah. Prihatin?! Tentu saja. Inilah salah satu efek negative terhadap “budaya” buruk dan tidak adanya persaudaraan yang erat diantara alumni muda PL. 

Tidak berlebih bila saya katakan kita alumni muda tidak bernaung di bawah satu nama ALUMNI SMA PANGUDI LUHUR tetapi lebih kepada egoisme angkatan dan keekslusifan semu. Belum lagi ditambah sikap sok superior yang terkadang muncul dalam diri kita alumni muda, dimana terkadang beberapa dari antara kita ingin menunjukkan bahwa angkatan kita atau kita lebih hebat dari kalian angkatan lain. Sikap itu terjadi dalam hubungan alumni muda. Beberapa dari kita terkadang malah ingin menunjukan kehormatan dengan cara bersikap angkuh atau mengerjai alumni muda di depan teman-teman alumni sekolah lain untuk mendapat kesan superior.
Ironis memang, dimana alumni SMA PL yang notabene terkenal kompak oleh sebagian besar mata anak-anak sekolah lain tetapi ternyata “pecah” dan “terkotak-kotak” seperti seragamnya. Mungkin anda alumni muda tidak sependapat dengan saya dan ingin menyangkal tetapi saya percaya hati kecil anda sedikit banyak mengakuinya. Tentu, tidak semua alumni muda seperti yang saya gambarkan di atas tetapi hal ini tidak boleh dibiarkan berkembang.

Saya rasa sudah sepantasnya kita berseru untuk tinggalkan hal itu semua dan segera merubah budaya pengkotak-kotakan PL dan segera tumbuhkan persaudaraan sesama murid PL sehingga niscaya hubungan antar alumni muda juga akan terbangun dengan baik. Hilangkan superioritas angkatan dan munculkan tagline bahwa KITA SATU! ALUMNI SMA PL!  KITA BERSAUDARA.

Sebelum menutup artikel saya ini, maafkan saya jika saya berani lancang dengan sedikit mengkritik rekan alumni. Luangkanlah waktu anda sedikit untuk memikirkan hal-hal diatas dan juga kepada alumni tua yang beken atau telah sukses di bidangnya untuk sedikit berbagi dengan adik-adik kita di SMA PL dan kita alumni muda bukan hanya tentang bullying supaya kami alumni muda dan adik-adik kita di SMA PL memiliki gambaran terhadap dunia kampus, profesi dan juga memiliki idola dan pandangan yang baik dalam mempersiapkan masa depan. Tanpa mengecilkan peran alumni yang sudah bersusah payah kembali ke sekolah tercinta ini baik melalui tindakan nyata membantu masalah bullying dan program olahraga di senayan serta program-program lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu, menurut saya pekerjaan rumah kita masih banyak. 

Mari kita wujudkan PL BROTHERHOOD. Niscaya pelan tapi pasti Alumni SMA PL akan semakin memiliki daya saing dan karakter yang tangguh untuk berkontribusi tidak hanya terhadap SMA PL saja tetapi kepada masyarakat, bangsa dan negara. Terima kasih dan salut saya juga untuk para alumni PL yang walapun tidak terlibat aktif  berkontribusi terhadap permasalahan di SMA PL tetapi tetap konsisten dan cemerlang berkarir di bidangnya. Status Alumni PL itu melekat menjadi satu dengan pribadi sehingga dimanapun dan kapanpun, kita bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Bertanggung jawab terhadap diri kita sendiripun berarti kita telah mengharumkan nama SMA PL.

Salam PL Brotherhood!




Tidak ada komentar: