Oleh: Chandra Kurniawan “Komeng”
Alumnus (bukan dalam artian alumni tidak lulus) SMA PL 2002
Menyambung surat saya kepada Pimpinan Yayasan dan Kepala Sekolah SMA PL, izinkan saya menyampaikan satu bentuk lain keprihatinan saya terhadap hubungan alumni muda SMA PL. Sebagai catatan, mungkin situasi hubungan antar alumni ini tidak dirasakan oleh alumni tua akan tetapi baiknya ini menjadi sebuah renungan dan intropeksi untuk membangun hubungan alumni yang lebih baik. Saya tidak bermaksud membagi antara alumni muda dan tua. Sekali lagi itu hanya term yang tentunya saya tidak berharap diartikan secara sempit.
Ya.
Salah satu konsekuensi dari pengklasifikasian budaya binatang, manusia, raja
dan dewa adalah imbas terhadap hubungan antara alumni. Saya berbicara tentang
alumni muda. Alumni angkatan muda secara general lebih termotivasi untuk kompak
dengan satu angkatan karena hal itu yang tertanam sejak berada di sekolah.
Hubungan kedekatan antara sesama angkatan tumbuh ketika merasakan penyiksaan
dan penderitaan bersama oleh konsep senioritas yang salah. Entah darimana juga
timbul cap angkatan genap dan angkatan ganjil. Timbul pula generalisasi image bahwa ketika suatu angkatan
banyak yang mengadu ke orangtua atau sekolah akibat tindakan bullying
yang dilakukan seniornya di sekolah maka angkatan tersebut dianggap angkatan
cemen atau angkatan coret. Banyak alumni muda ramai-ramai setia terhadap doktrin
ini sehingga terus berkembang. Terkadang hal tersebut meluncur dari mulut para
senior baik angkatan genap maupun angkatan ganjil dan di dengar oleh junior
sehingga tidak jarang menimbulkan sentimen antar angkatan. Memang benar,
dimanapun kita hidup kita tidak bisa menghindar dari alam persaingan bahkan
hukum alam pun mengatakan bahwa hanya mereka yang kuatlah yang akan bertahan.
Ironisnya, persaingan yang terjadi antar angkatan atau alumni muda di SMA PL
itu tidak terbentuk ke arah yang positive misalnya persaingan secara akademis,
karir, olahraga ataupun hal positive lainnya.
Bagi mereka yang dapat bersosialisasi dengan baik tentunya keekslusifan angkatan atau cap genap dan ganjil
itu hilang dengan sendirinya ketika telah berstatus alumni tetapi tidak bagi
pribadi yang tidak mudah bersosialisasi, sentimen negative itu akan terbawa
terus. Bahkan ironis, tidak jarang sesama alumni yang sebenarnya saling kenal tetapi
tidak bertegur sapa ketika bertemu karena sentimen negative tersebut atau
dendam masa lalu. Tidak jarang juga muncul ego dan perasaan gengsi untuk
menyapa lebih dahulu karena merasa lebih tua angkatannya atau tidak respek
karena mengingat perlakuan waktu jaman sekolah. Prihatin?! Tentu saja. Inilah
salah satu efek negative terhadap “budaya” buruk dan tidak adanya persaudaraan
yang erat diantara alumni muda PL.
Tidak
berlebih bila saya katakan kita alumni muda tidak bernaung di bawah satu nama ALUMNI
SMA PANGUDI LUHUR tetapi lebih kepada egoisme angkatan dan keekslusifan
semu. Belum lagi ditambah sikap sok superior yang terkadang muncul dalam diri
kita alumni muda, dimana terkadang beberapa dari antara kita ingin menunjukkan
bahwa angkatan kita atau kita lebih hebat dari kalian angkatan lain. Sikap itu
terjadi dalam hubungan alumni muda. Beberapa dari kita terkadang malah ingin
menunjukan kehormatan dengan cara bersikap angkuh atau mengerjai alumni muda di
depan teman-teman alumni sekolah lain untuk mendapat kesan superior.
Ironis
memang, dimana alumni SMA PL yang notabene terkenal kompak oleh sebagian besar
mata anak-anak sekolah lain tetapi ternyata “pecah” dan “terkotak-kotak”
seperti seragamnya. Mungkin anda alumni muda tidak sependapat dengan saya dan
ingin menyangkal tetapi saya percaya hati kecil anda sedikit banyak
mengakuinya. Tentu, tidak semua alumni muda seperti yang saya gambarkan di atas tetapi
hal ini tidak boleh dibiarkan berkembang.
Saya
rasa sudah sepantasnya kita berseru untuk tinggalkan hal itu semua dan segera merubah budaya
pengkotak-kotakan PL dan segera tumbuhkan persaudaraan sesama murid PL sehingga
niscaya hubungan antar alumni muda juga akan terbangun dengan baik. Hilangkan
superioritas angkatan dan munculkan tagline bahwa KITA SATU! ALUMNI SMA PL!
KITA BERSAUDARA.
Sebelum
menutup artikel saya ini, maafkan saya jika saya berani lancang dengan sedikit
mengkritik rekan alumni. Luangkanlah waktu anda sedikit untuk memikirkan hal-hal
diatas dan juga kepada alumni tua yang beken atau telah sukses di bidangnya
untuk sedikit berbagi dengan adik-adik kita di SMA PL dan kita alumni muda
bukan hanya tentang bullying supaya kami alumni muda dan adik-adik kita di SMA
PL memiliki gambaran terhadap dunia kampus, profesi dan juga memiliki idola dan
pandangan yang baik dalam mempersiapkan masa depan. Tanpa mengecilkan peran
alumni yang sudah bersusah payah kembali ke sekolah tercinta ini baik melalui
tindakan nyata membantu masalah bullying dan program olahraga di senayan
serta program-program lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu,
menurut saya pekerjaan rumah kita masih banyak.
Mari
kita wujudkan PL BROTHERHOOD. Niscaya pelan tapi pasti Alumni SMA PL
akan semakin memiliki daya saing dan karakter yang tangguh untuk berkontribusi
tidak hanya terhadap SMA PL saja tetapi kepada masyarakat, bangsa dan negara. Terima kasih dan salut saya juga untuk para alumni PL yang
walapun tidak terlibat aktif berkontribusi terhadap permasalahan di SMA
PL tetapi tetap konsisten dan cemerlang berkarir di bidangnya. Status Alumni
PL itu melekat menjadi satu dengan pribadi sehingga dimanapun dan kapanpun, kita
bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Bertanggung jawab terhadap diri kita
sendiripun berarti kita telah mengharumkan nama SMA PL.
Salam
PL Brotherhood!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar